Senin, 23 Februari 2015

Secret

Ada medsos baru, nama aplikasinya Secret. Awalnya tau dari path temen, terus aku nanya itu aplikasi apaan dan dia jawab kalo itu Secret. Langsung dong ya aku download waktu dibuka aplikasinya, kita nggak perlu sign up jadi gak ribet menurutku. Kita bisa post apa aja disana, nanti ada orang yang kasih love ataupun kasih komentar. Tapi identitas kita nggak ada yang tau jadi anon gitu deh, seru kok dan juga disana ada fasilitas chatting gitu.Kita bisa post dan baca semua post teman-teman yang ada disatu wilayah sama kita. Bisa juga sih baca postingan orang-orang yang dari Jakarta, bahkan yang dari New York juga bisa tapi kita nggak bisa post cuma bisa baca. Jadi kata lainnya kita bisa post diwilayah kita aja.

Ketawa sendiri kalo baca "timeline" Secret, mulai dari curhat, ngomongin hal yang nggak penting dan sampe ajang cari jodoh. Kemarin nih aku sempet baca ada yang bilang gini...

"Lewat Secret ini gw bisa move on dari mantan. Kemarin ada yang chat gw terus kita ketemuan, ternyata cowonya ganteng dan sampe skrng kita masih berkomunikasi."

Hhhh......
Ya ampun sebegitu ngebantunya ya media sosial sekarang. Bisa nyariin jodoh juga buat yang jomblo. Iya sih aku juga udah ngerasain gimana peran penting media sosial, buat nyariin jodoh. Tapi lebih bijak aja sih nanggepinnya. Tapi so far media sosial yang diciptakan sekarang makin beragam dan makin unik. 

Ah....aku ini nggak bakat bikin review aplikasi, tapi gak masalah deh ya kan ini suara hati pengguna media sosial yang lagi hitzzz binggo.

Selasa, 17 Februari 2015

Lagi dan lagi

"Choose happy dear." -kamay-

"Jadilah proton yg selalu ngasih positif ke lingkungan." -Chaca-

Hanya dua dari sekian banyak masukan buat aku. Bukannya mengumbar masalah, tapi selalu banyak pertanyaan yg muncul karena aku terlihat tidak bersamanya.

"Sar gimana Join?"

"Lho kok nggak sama Join?"

"Join lagi nggak di Jogja ya Sar?"

"Gimana udah berapa bulan sama dia?"

"Join kerja dimana sekarang beb?"

"Langgeng kan sama Join?"

Terlalu banyak pertanyaan tentang dia. Kalau aku ini artis mungkin kehidupanku jadi konsumsi publik & nggak perlu aku menjawab semua pertanyaan dari mereka. Kalau sudah jadi konsumsi publik kan nggak harus repot-repot jawab pertanyaan yang sama. Tapi sayangnya aku bukan artis bahkan selebritis.

Atau mungkin seharusnya aku pasang di semua media social dan bilang kalau aku sedang tidak bersama dia lagi. Ah....terlalu diumbar. Itu bukan kabar baik jadi buat apa harus diumbar? Aku lebih suka membagi kabar bahagia daripada kabar seperti itu. Makanya kenapa selama masih bersama "Dia" aku selalu posting.

Banyak orang yang bertanya tentang aku dan dia, mungkin sama saja dengan halnya mereka mendoakan aku dengan dia. Ya seperti yang orang bilang kalau ucapan adalah doa.

Ada seseorang yang bilang gini sama aku.

"Kamu itu ibarat laptop dan Join itu ibarat iPhone. Kalau mau disambungin ke laptop harus ada kabel USBnya. Dan sekarang itu harusnya memperbaiki kabel USBnya, biar terkoneksi dengan baik."


Selasa, 03 Februari 2015

Sari versi pria

Laki-laki ini berusia 23/24 tahun, tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang pria, berkumis, rambutnya hanya sepanjang 2 cm, kifosis, kulitnya hitam dan kurus. Jika dilihat sekilas pria ini kurang menarik, akan tetapi kalau memandangnya dengan durasi lebih dari 3 menit ada yang menarik dari dia. Pria itu memiliki senyuman yang manis tapi tidak semanis Mr. J. 

Awal berkenalan dengan pria itu, lewat media sosial. Diawali dengan basa-basi layaknya orang berkenalan. Tidak ada yang spesial dari dia saat kita chatting, ya seperti kebanyakan prialah. Tapi setidakanya dia tidak membosankan untuk diajak ngobrol. Dia seperti pria kebanyakan yang ingin terlihat perhatian, yaitu dengan cara mengingatkan untuk makan dsb. Ya...cukup standard untuk mengawali sebuah pertemanan.

Setelah beberapa hari kenal, kita memutuskan untuk bertemu. Saat itu di Yogyakarta sedang berlangsung acara Hari Anti Korupsi, yang berpusat di Stadion Kridosono. Kita berencana untuk pergi kesana, namun saat tiba di lokasi aku dan dia mengurungkan niat menonton acara itu. Pada akhirnya kita lebih memilih untuk mengobrol disebuah cafe dekat Universitas Sanata Dharma. 

Awalnya kita canggung, karena bingung apa yang harus dibicarakan. Tapi suasana yang canggung itu mulai mencair, saat kita membicarakan salah satu band indie Yogya. Untungnya saja aku tahu sedikit tentang band itu, karena Mr. J yang memperkenalkannya. Malam itu kita atau lebih tepatnya dia, menceritakan banyak hal. Mulai dari band FSTVLST, Illuminati, dan hal-hal mistis yang dia rasakan jadi topik perbincangan. Aku hanya bisa mendengarkan cerita-cerita dia yang nggak masuk akal, tanpa ada perlawanan dariku. Tapi setidaknya dia menghargaiku sebagai lawan bicaranya dengan cara tidak memaikan gadget. Jujur aku baru menemukan manusia yang hidup dijaman modern seperti ini, yang tidak gadget addict. Baguslah berarti masih ada orang yang tidak diperbudak oleh gadget. 

Setelah pertemuan pertama, kita tetap berkomunikasi seperti biasa. Hingga pada akhirnya kita bertemu untuk kedua kalinya. Awalnya tetap tidak ada yang spesial, dipertemuan kedua ini aku lebih dominan dalam bercerita. Banyak hal yang aku ceritakan tapi tidak seperti ceritanya yang aneh. Setelah sekitar 2 jam bercerita, aku mulai bosan dan mengajaknya ke Ganjuran. Entah ada angin apa aku ingin sekali ke Ganjuran, tempat dimana aku dan Mr. J disatukan. Dia mengiyakan ajakanku, sesampainya disana aku hanya duduk diam sembari mengenang memori dengan Mr. J.

Tiba-tiba dia memulai pembicaraan tentang kehidupan keluarga dan kuliahnya. Aku hanya tercengang mendengar ceritanya, ternyata aku dan dia memiliki masalah kuliah yang sama. Kita sama-sama pernah gagal dalam kuliah, tapi dia bisa bangkit dan memperbaiki kuliahnya hingga sekarang. Disitu aku tergugah, aku menyadari Tuhan memberiku contoh lewat pria ini. Dan saat itu aku juga bercerita tentang masalah kuliahku. Jujur dia memotivasiku untuk tidak menyerah memperjuangkan pendidikan. Dia mengerti bagaimana diposisiku yang tidak semua orang disekitarku mengerti. Karena orang yang pernah memiliki masalah yang sama, jauh lebih memahami daripada orang yang tidak pernah mengalami masalah itu. 

Setelah itu aku mulai merasa banyak sekali persamaanku dengannya. Bahkan aku merasa bercermin saat bersama dia. Tapi yang membedakan selain jenis kelamin adalah semangat berjuang. Aku menyukainya, sebatas mengagumi kegigihannya. Suatu hari dia pernah bilang kalau dia menyukaiku dan merindukanku, bahkan dia juga mengatakan bahwa kehilangan aku disaat aku pulang kampung. Entahlah rasanya ada yang aneh didalam diriku saat dia mengatakan itu semua, ada rasa bahagia. Tapi aku tidak bisa lebih, karena hati ini masih dimiliki oleh Mr. J.

Dia amat sangat mengisnpirasiku, membuatku semakin bersemangat untuk memperbaiki kuliah. Selain mama, Mr. J, dan sahabat-sahabatku yang selalu membuatku semangat, ada dia yang dikirim Tuhan untuk menjadi contoh. Aku tahu kalau ini tidak mudah, tapi kalau aku tidak memperbaiki ini bagaimana dengan orang tuaku. Banyak orang yang aku kecewakan kalau aku tetap seperti ini. Aku sangat berterima kasih dengan pria itu, ingin rasanya bisa bercerita lagi dengannya seperti dulu. Ingin mendengar cerita-cerita tidak masuk akalnya dan mematahkan semua rokok yang dia punya.