Laki-laki ini berusia 23/24 tahun, tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang pria, berkumis, rambutnya hanya sepanjang 2 cm, kifosis, kulitnya hitam dan kurus. Jika dilihat sekilas pria ini kurang menarik, akan tetapi kalau memandangnya dengan durasi lebih dari 3 menit ada yang menarik dari dia. Pria itu memiliki senyuman yang manis tapi tidak semanis Mr. J.
Awal berkenalan dengan pria itu, lewat media sosial. Diawali dengan basa-basi layaknya orang berkenalan. Tidak ada yang spesial dari dia saat kita chatting, ya seperti kebanyakan prialah. Tapi setidakanya dia tidak membosankan untuk diajak ngobrol. Dia seperti pria kebanyakan yang ingin terlihat perhatian, yaitu dengan cara mengingatkan untuk makan dsb. Ya...cukup standard untuk mengawali sebuah pertemanan.
Setelah beberapa hari kenal, kita memutuskan untuk bertemu. Saat itu di Yogyakarta sedang berlangsung acara Hari Anti Korupsi, yang berpusat di Stadion Kridosono. Kita berencana untuk pergi kesana, namun saat tiba di lokasi aku dan dia mengurungkan niat menonton acara itu. Pada akhirnya kita lebih memilih untuk mengobrol disebuah cafe dekat Universitas Sanata Dharma.
Awalnya kita canggung, karena bingung apa yang harus dibicarakan. Tapi suasana yang canggung itu mulai mencair, saat kita membicarakan salah satu band indie Yogya. Untungnya saja aku tahu sedikit tentang band itu, karena Mr. J yang memperkenalkannya. Malam itu kita atau lebih tepatnya dia, menceritakan banyak hal. Mulai dari band FSTVLST, Illuminati, dan hal-hal mistis yang dia rasakan jadi topik perbincangan. Aku hanya bisa mendengarkan cerita-cerita dia yang nggak masuk akal, tanpa ada perlawanan dariku. Tapi setidaknya dia menghargaiku sebagai lawan bicaranya dengan cara tidak memaikan gadget. Jujur aku baru menemukan manusia yang hidup dijaman modern seperti ini, yang tidak gadget addict. Baguslah berarti masih ada orang yang tidak diperbudak oleh gadget.
Setelah pertemuan pertama, kita tetap berkomunikasi seperti biasa. Hingga pada akhirnya kita bertemu untuk kedua kalinya. Awalnya tetap tidak ada yang spesial, dipertemuan kedua ini aku lebih dominan dalam bercerita. Banyak hal yang aku ceritakan tapi tidak seperti ceritanya yang aneh. Setelah sekitar 2 jam bercerita, aku mulai bosan dan mengajaknya ke Ganjuran. Entah ada angin apa aku ingin sekali ke Ganjuran, tempat dimana aku dan Mr. J disatukan. Dia mengiyakan ajakanku, sesampainya disana aku hanya duduk diam sembari mengenang memori dengan Mr. J.
Tiba-tiba dia memulai pembicaraan tentang kehidupan keluarga dan kuliahnya. Aku hanya tercengang mendengar ceritanya, ternyata aku dan dia memiliki masalah kuliah yang sama. Kita sama-sama pernah gagal dalam kuliah, tapi dia bisa bangkit dan memperbaiki kuliahnya hingga sekarang. Disitu aku tergugah, aku menyadari Tuhan memberiku contoh lewat pria ini. Dan saat itu aku juga bercerita tentang masalah kuliahku. Jujur dia memotivasiku untuk tidak menyerah memperjuangkan pendidikan. Dia mengerti bagaimana diposisiku yang tidak semua orang disekitarku mengerti. Karena orang yang pernah memiliki masalah yang sama, jauh lebih memahami daripada orang yang tidak pernah mengalami masalah itu.
Setelah itu aku mulai merasa banyak sekali persamaanku dengannya. Bahkan aku merasa bercermin saat bersama dia. Tapi yang membedakan selain jenis kelamin adalah semangat berjuang. Aku menyukainya, sebatas mengagumi kegigihannya. Suatu hari dia pernah bilang kalau dia menyukaiku dan merindukanku, bahkan dia juga mengatakan bahwa kehilangan aku disaat aku pulang kampung. Entahlah rasanya ada yang aneh didalam diriku saat dia mengatakan itu semua, ada rasa bahagia. Tapi aku tidak bisa lebih, karena hati ini masih dimiliki oleh Mr. J.
Dia amat sangat mengisnpirasiku, membuatku semakin bersemangat untuk memperbaiki kuliah. Selain mama, Mr. J, dan sahabat-sahabatku yang selalu membuatku semangat, ada dia yang dikirim Tuhan untuk menjadi contoh. Aku tahu kalau ini tidak mudah, tapi kalau aku tidak memperbaiki ini bagaimana dengan orang tuaku. Banyak orang yang aku kecewakan kalau aku tetap seperti ini. Aku sangat berterima kasih dengan pria itu, ingin rasanya bisa bercerita lagi dengannya seperti dulu. Ingin mendengar cerita-cerita tidak masuk akalnya dan mematahkan semua rokok yang dia punya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar